(Satu laptop untuk satu siswa. Proses belajar-mengajar menjadi lebih hidup di sekolah berteknologi digital.)
Bayangkan bersekolah tanpa membawa buku tulis, pensil, pulpen, dan bahkan buku pelajaran. Yang ada di dalam tas setiap anak hanya sebuah laptop. Di Sekolah Internasional Sinarmas World Academy, Bumi Serpong Damai, Tangerang, ini bukanlah mimpi. Sekolah di atas lahan 5,2 hektare ini memadukan teknologi informasi digital paling mutakhir dengan dunia pendidikan sejak tahun lalu. Memang, setelah Sembilan bulan mencoba, hingga kini buku dan pensil masih tetap digunakan. Tapi laptop telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di sekolah itu. “Laptop dan Internet di sini seperti pulpen, pensil, atau buku. Bagi kami semua itu adalah alat pendukung proses belajar-mengajar,” kata John Mc- Bryde, Chief Executive Officer Sinarmas World Academy, dua pekan lalu. Tren menjadikan komputer sebagai alat belajar dan mengajar muncul mulai awal 2000-an. Gejala ini meningkat empat tahun lalu.
Direktur pemasaran produsen peranti lunak pendidikan Pesona Edukasi, Hary Sudiyono Candra, mengatakan bahwa dalam empat tahun terakhir permintaan terhadap peranti lunak pendidikan terus meningkat. “Sepertinya masyarakat mulai sadar bahwa alat bantu teknologi semacam ini dibutuhkan,” ujarnya. “Dunia memang sedang demam e-learning.” Sekitar 3.000 sekolah di seluruh Indonesia kini memakai produk Pesona Edukasi. Sekolah itu tidak cuma yang berada di Jakarta, tapi hingga Situbondo, Jawa Timur. Peranti lunak perusahaan itu juga sudah dipakai di sekolah di 23 negara, termasuk Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Buku sekolah yang bisa dibaca di komputer juga sudah bertebaran.